Kemarin hari terakhir masuk kuliah, walaupun it is not like the last time we were gonna meet but still... I can't deny a slight of disappointment. our next meeting (maybe) will be like cosmic coincidence, not regulated, without any certainty :(
Ngomong pake bahasa Indonesia aja yuk.
Kemarin dia menceritakan di kelas (lebih tepatnya mengajar, sih) how to marketing yourself, and how... all things came from him are so right. mulai dari bagaimana kita harus mengelola media sosial, kemudian mengisi biografi yang 'benar' pada kolomnya, sampai pada jam-jam berapa kita harus men-tweet pun harus diperhatikan. and I was like oh you're so perfect. besides all his godlike, gue kagum banget sama pemikirannya yang barang atau sesuatu yang telah dibeli, harus muter, menghasilkan uang/jasa untuk hidup kita. gue kagum, dengan usia semuda itu (29) dia bisa aja berfikiran seperti itu. He's not inadequacy but he's trying to supporting his own life, all by himself. one of my girlfriend said, he's living a balanced live in life and after. Hahaha.
Kalo diterusin terlalu banyak pujian yang ditujukan untuknya and its sucks.
Diluar dari mata kuliah yang kemarin terakhir, sebetulnya masih banyak hal-hal terakhir lainnya yang takut untuk ditinggalkan. cengeng, memang. susah pergi dari comfort zone, that's me. tapi sebetulnya mau sampai kapan, kan? Kalo ga pergi, gue berfikiran, akan menutup comfort zone lainnya yang malah mungkin lebih "comfort" dan yang lebih penting lagi, progress. Mungkin keadaan gue sekarang terlampau nyaman tapi gue akui keahlian gue jalan di tempat. And it feels not right being useless. I wanna do something. (Yeah he's a part of this motivating thing).