Senin, 12 April 2010

A Slight of Papa

Kenapa ya kalau saya mengutarakan salah satu kisah dari kehidupan yang saya tau ke bokap, ujung-ujungnya malah jadi bumerang. salah satu contoh dari kesekian kali adalah kemarin ketika di mobil, saya menceritakan karakter temen-temen saya yang terlalu pintar hingga akhirnya "keblinger" sendiri. maksudnya adalah beberapa dari mereka dengan pemikiran-pemikirannya yang dahsyat, jika tidak menjadi agnostic, mereka kemudian menjadi atheis, tidak mempercayai Tuhan, karena mereka berfikir selalu dengan rasional dan tidak mengerti apalagi mau untuk mengerti masalah yang ghaib. atau jika tidak menjadi keduanya, mereka malah masuk ke politheisme. oke, diluar masalah itu, yang mau saya utarakan adalah, ketika ayah saya mendengar masalah teman-teman saya ini, dia langsung berceloteh, marah. panjang lebar. katanya yang semua itu karena fondasi agamanya lemah dan sebetulnya semua nyata kalau mereka mau belajar.
diam-diam saya merasa kecewa. saya kecewa karena saya hanya bisa bungkam dan menyesalkan ayah saya yang kolot. seandainya bisa diajak berbagi fikiran, alih-alih menjadikan pembicaraan satu arah, dan beliau tidak perlu berbicara marah sebenarnya. dan coba lihat saya, apakah saya yang seperti hingga beliau harus "menggerendel" seolah-olah saya yang tidak percaya atau malah percaya dengan banyak Tuhan? Entahlah mungkin saya berharap terlalu banyak, karena yang saya harapkan adalah beliau merasa lega/senang karena anaknya "lurus-lurus aja".
itu kejadian kemarin. kejadian hari ini bermula dari cerita teman beliau yang mobilnya dirampok dengan modus dipepet motor dari samping dan mobil dari belakang. ketika teman beliau keluar dari mobilnya, entah untuk marah-marah atau hanya mengecek bagian yang terserempet, perampok-perampok pun langsung beraksi. mempreteli semua bajunya, memplester mulutnya (duh), melarikan mobilnya.
saya yang teringat modus-modus perampokan lain yang saya tau, saya utarakan semua. termasuk cerita terakhir yang baru-baru ini terjadi saya baca, yaitu ketika seorang wanita yang menaiki taksi dari Blok M menuju rumahnya di kota Wisata, Bogor, dirampok oleh sekawanan yang diduga besar supir taksi ini ikut terlibat. belasan juta pun habis dipreteli sambil perampok-perampok itu menodongkan senjata tajam.
Reaksi ayah saya bisa diduga, namun tetap tidak bisa dimengerti. mengoceh marah. memberi nasihat saya tidak boleh pulang malam lagi (yah, jadi kena imbasnya), menyuruh sering membaca Al quran, dan mengoceh lagi. marah lagi. sekali lagi saya dibuat diam padahal sedang asyik ingin sharing. sekali lagi saya kecewa.
Pada akhirnya sudah bisa ditebak untuk kedepannya saya jadi malas cerita-cerita.
saya sayang dengan ayah saya, dan beliau pun begitu. well maybe just keep it in nature. don't need to make conversation, don't need to tell, don't need to share. Just live the relation base on DNA similar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar