Ada salah satu supir kantor yang masuk setiap hari dan sukses selalu bikin saya cekikan hingga harus menutup mulut supaya tidak menganga lebar, namanya Frangkie. Perawakannya bulat dan kalau jalan, langkahnya diseret dengan tangan mengayun depan-belakang membayangi perutnya yang memunjung bulat. Diantara sekian banyak supir kantor yang sopan dan menjaga image, doi termasuk kategori slenge'an dan slonong boi. Saya sering banget beradu mulut dengannya padahal sebagai anak baru saya cukup menjaga attitude agar tidak ada alasan untuk mudah membuat kesal karyawan lain (masalah anak bawang banget). Cuma dia satu-satunya supir yang berani masuk ke ruangan marketing (yang digabung dengan tempat duduk para bos) tanpa permisi. Kalau sudah begitu, saya yang job desc-nya memang mengawasi orang-orang masuk (resepsionis), sekarang-sekarang ini mulai menegurnya, "itu ngapain lagi masuk-masuk aja?!" yang nanti akan dijawab oleh suara seraknya, "emang kenapa lo?" kemudian saya hanya akan membuang muka sambil terkikik. Emang iseng yang lumayan menyenangkan membuat emosinya meninggi di kala waktu senggang.
Pagi tadi lagi-lagi dia mengumpat kecil depan meja saya (setiap hari ada aja keluhannya mengenai hidup), saya pun tidak membuang waktu dengan segera meladeninya, "kenapa, pak?"
Frangkie (F): Si pak haji mana ya?
Saya (S): Pak Haji siapa sih?
F: ituloh yang duduk disamping bu Ida
S: pak Mato?
F: Bukan itu mah didepannya. Ituloh yang disamping orang Jepang.
S: pak Nonaka-san?
F: Bukan. Ya itu kan orang Jepangnya.
Karena saya orangnya mudah putus asa, kebetulan ada teman kerja yang lewat, langsung saja saya todong, "eh yang duduk disamping bu Ida siapa sih?" dan teman saya itu pun menyebutkan sederet nama bagian sales overseas yang digubris oleh Frangkie, "bukan! Yang duduk disamping orang Jepang yang namanya... Hanamasa ya, eh..."
Teman Kerja Saya: Oi, itu mah nama restoran!
F: Iya kalo Sumanto itu disebrangnya bu Ida kan...
S: (setengah geli membayangkan mantan narapidana kanibal ternyata satu ruangan)
Si Frangkie ini kalau lagi nggak ada karyawan yang harus dinas keluar alias lagi nggak ada kerjaan, cara mengisi waktunya adalah tidur. Saya yang mempunyai hobi yang sama tapi ga bisa karena tentu saja harus stand by dengan pekerjaan sering menatapnya iri kemudian berujar, "enak banget hidup lo, Frangkie," yang direspon dengan tatapan malasnya. Tempat yang dijadikan untuk tidur adalah sebuah store room yang akhirnya dijadikan ruangan (sempit) serbaguna oleh karyawan yang lain seperti untuk makan dan solat. Letaknya tidak jauh dari meja saya bekerja. Hanya dalam hitungan menit, dengkuran yang tidak ada halus-halusnya mulai bergema sepanjang ruangan. OB senior kadang mengeluh disamping saya mengenai kelakuannya yang dinilai tidak sopan dan mengganggu (terkadang OB saya itu setiap pagi berharap supaya Frangkie banyak kerjaan sehingga tidak datang mengganggu di kantor). Yang membuat saya geli, ada seorang teman, namanya Reza, ia sering melewati store room itu berkomentar terhadap ngoroknya Frangkie, "mirip suara anak T-rex. Tau nggak, yang di film Jurassic Park..." couldn't agree more. Semenjak itu jika ada Frangkie, saya dan teman saya itu meledekinya dengan sebutan Tyranosaurus.
Kecintaan seseorang terhadap tidur lamban laun membuatnya berkarakter pelor, nempel-molor, dimana saja, kapan saja, bisa. Saya mengerti sekali kondisi ini dikarenakan keahlian pada hal itu (blame it on narcolepsy, penyakit yang menyerang syaraf sehingga R.E.M seseorang berbeda dari orang normal lainnya yang bisa hanya dalam waktu kurang dari 5 menit). Dan itulah yang dilakukan Frangkie ketika store room sedang occupied baik karena ada supir lain sedang tidur atau karena kegiatan lain. Dia mengambil posisi di sofa yang notabene di depan meja saya yang notabene disamping pintu masuk kantor, kemudian dengan nyenyaknya, tidur. Pulas. Komplit dengan ngoroknya yang cetar membahenol. No pict=hoax, right?
![]() |
Frangkie memelihara anak T-rex dalam perutnya |
![]() |
Frangkie tampak depan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar