Senin, 15 Desember 2014

Dyana Villas - Seminyak, Bali


Now, I want to talk more about what place where I stayed in my travelling rather than how my journey is. This time, the area of destination I'd already shared in my blog, which is the island of the gods, Bali. Let us move on to the North side of the island, the Seminyak side.


Centre travel spot in Bali has offered many attracted inns and hotels, racing with facilities and amazing architecture. Located in Champung Tanduk street, Dyana Villas a bit more complex to find because its maze to narrow street, but still a perfectly sweet escape. Now it's time to peeled of about this inn villas.

According to prime demand in Bali, a sold-out room to stay over are the cheap acces to message spa and local bars include lines of street memento in next door. Dyana Villas has those kind of demands. Very suitable for honeymoon couple as you can see in these relaxing pictures:


They offered private pool in every villas. Actually in every type including family villa which is consists of 2-3 bedrooms.

Scenery from bedroom

If you entered the villas at night for the first check in, then you would find it absolutely romantic with jasmine flowers that sprinkle all over the room. Plus, the bedroom and bathroom is very comfortable for two. 



At morning, the buttler service could be perceived at 8 am or you could move it just one hour ahead. Breakfast in your living room, extra smile from the very kind maid!



They'd offer just two types of breakfast daily


Occupied a villa in here makes whole lot company suitable, you can also invite over the gangs because Dyana Villas also provide living room with home theatre. A really good vibe :) 



Last but not least, to spend this excellency you could grope your pocket average Rp 1 million per night. For stroll more info about booking and price, you could directly click in here: http://www.balidyanavillas.com/

Jumat, 05 Desember 2014

Sail to Raja Ampat, Pianemo - Arborek

From where we stayed (me, and my husband's friends - read latest post Dayan - Batanta, Raja Ampat) it took 2 hours by speed boat to reach Pianemo. What is Pianemo? well, I can't describe it completely but it is one of most visit spot if tourist came in here. Dan ketika kami datang, tempat ini baru diperbaharui dikarenakan even Sailing Raja Ampat yang belum lama terlaksana, Pak SBY gituloh yang datang. Saat itu dia sedang masa-masa terakhir menjabat kepresidenan (23 Agustus 2014).

Anyway, you knew you close to Pianemo when you see mini archipelago like this:

This is not a black and white filter, it's just so cloudy when we get there
Apa sih yang dicari dengan mendatangi Pianemo? Well, the view is absolutely amazing, for sure. Beside that, kalau mau berenang di semi air tawar makan disini tempatnya. Yup, Pianemo juga terdapat atol yang terbentuk. Some say it's like Wayag mini version. Wayag merupakan salah satu tempat faforit bagi pengunjung lokal maupun mancanegara. Namun suami tidak memutuskan kesana karena mendangar kabar tentang penduduknya yang suka mendadak nge-blok wisatawan yang datang tanpa sebab yang jelas. Masalahnya, untuk mencapai kesana juga membutuhkan banyak waktu dan bensin, yang artinya biaya yang lumayan. Dari Pianemo sendiri ke Wayag masih berkisar 3 jam perjalanan lagi.

Bagi beberapa yang ingin mendaki dengan pemandangan pantai yang indah juga melarikan dirinya ke Pianemo ini. Kami sendiri langsung dialihkan untuk menikmati pemandangan melalui tebing. Well, there's a lot of price for it (in this case, betis yang kenceeenggg):
Look at those stairs!

Saking panjangnya tangga ini,terdapat kurang lebih 3 pos untuk kita beristirahat. Huh hah huh hah.

Pemandangan ini yang akan kita lihat setelah melewati 'rintangan' ratusan anak tangga


Beberapa penduduk lokal yang ikut menikmati pemandangan Pianemo

Setelah turun, saya membasahi tubuh sebentar di danaunya. Airnya lumayan menyegarkan dengan pemandangan yang menakjubkan setelah dilihat dari atas tebing tadi. Tanpa banyak membuang waktu, kami berempat melanjutkan perjalanan ke Kampung Arborek.

Kampung Arborek merupakan sebuah desa wisata yang cukup terkenal juga di kalangan pemerintah pusat hingga ke internasional. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengelilingi Desa ini. Ketika saya dan suami kesana juga terdapat beberapa divers asing yang sedang bersiap untuk menyelam. Ya, tempat ini memang menyewakan penginapan. Namun bukan berarti tersedia perlengkapan snorkling dan diving, kita memang harus membawa sendiri-sendiri.

Menurut saya, pemandangan lautnya lebih indah dibandingkan di Pulau Dayan. Bagi yang malas menyelam pun bisa melihat ikan-ikan berenang dari atas tempat kapal berlabuh karena airnya sangat bening dan jernih.


The reefs seeing from outside water


The divers I told before





Hundreds of fish on the side
 




But first, let me take a selfie, Cheers!

Rabu, 03 Desember 2014

Dayan - Batanta, Raja Ampat

Banyak yang mengeluhkan harga tiket yang mahal untuk mencapai kesana, itu tidak dipungkiri. Namun memang ada harga ada rupa (kata orang-orang lama :p), jika kamu tipe yang menyukai keindahan bawah laut maka disinilah tempat yang tepat. Selain suasananya yang masih "perawan", airnya jernih dan kaya akan jenis terumbu karang serta ikan, a spoil to the eyes :)

Please take a look;




Gambar-gambar diatas merupakan pemandangan yang bisa dilihat di mess laut atau dengan kata lain tempat karyawan perusahaan menginap untuk pada hari kerja kembali beroperasi. Ya, saya memang menebeng pada one of my relative yang mempunyai kantor budidaya kerang disini.

Sore harinya, setelah para karyawan terbebas dari tugas, mereka mengajak saya untuk berenang cantik, ga jauh-jauh, spot yang sudah biasa mereka tuju saja. Mereka menamakan Pulau Dayan, sebuah spot snorkeling yang tidak bisa ditemukan dimana-mana, katanya ;)



Me and my husband spotted!

Sweater weather







Kejernihan airnya membuat kita serasa lagi hilir mudik di akuarium, sih. Dan palungnya ituloh, tsakep! Konon, topografi di dalam laut mengikuti daratan terbuka yang ada diatas laut. Bisa kita lihat, pulau-pulau kecil yang terlihat di lautatn Raja Ampat memang begitu tinggi dengan model seperti tebing, hampir tidak ada dataran untuk berpijaknya.




 Pulau Dayan ini merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni yang ditinggalkan oleh penduduknya. Jadi kita bisa melihat gubug-gubug terbengkalai dan beberapa anjing yang ditinggalkan pemiliknya terdahulu :( saya suka kasih biskuit keju dan mereka memakannya dengan lahap - OOT yah.

Penampakan Pulau Dayan melalui kamera GoPro

Tambahan untuk foto-foto underwater-nya, siapa tahu belum puas, hehee...


Blue school fish is going to take an edu, I guess


You can see hundreds species of fish in the water surface
That's it for the section, next I will tell about Pianemo and Kampung Arborek. My husband and his friends are coincidental having survey to open some travel guide in Raja Ampat, so I have a chance to join a ride, for free! What a lucky bastard isn't me.

Selasa, 02 Desember 2014

Istania Writing Contest - Uniquely Travelling in Indonesia (Raja Ampat)

This short review in order to participate in writing contest by Istania.net:


My Unique Travel Moment – Pearl Cultivation in Raja Ampat, Indonesia



This mid year of 2014 I had a chance to visited the very end on Indonesia Island or as commonly known as Papua Island, the second largest island in the world after Greenland. Me and some of my friends tendency going to one of attractive diving spot on earth, Raja Ampat Island. To go there, we have to transit in Sorong’s airport town call Dominique Edward Osok and continue by 2 horus speedboat or half an hour airplane goes to Waisai – the capital of the island.

One of my friend has a relative in there so we’re going to Raja Ampat by private speed boat which consumed estimate time for 3,5 hours from local port straight to snorkling spot, in this destination is Batanta Island. What a heavenly panoramic in there, outside and inside of the water. The West Papua ocean is famous for its deep and trough pace, hence, the purity of its water also very clear. All of that makes it possible to breed clam that will produce pearl in that area.

By chance, my friend invite us to see pearl cultivation near our vacation spot. It is owned by national citizen and has been established for thirties years. The company also has partnership with several technician from Japan. The place located in the middle of the sea where the operation panel for planted and harvested is floating. The total number of year the pearl could be cultivate is average 4 years. First 2 years for develop the specific clam until mature enough for planting pearl seed (nukleus), then next 2 years are the moment when pearls ready for growth.
I’m so lucky available to see the examples of the perfect product. It is classified by color (shiny), round (shape), surface (thick), size, and reflection. After crop season, pearls are ready to export to Japan or any demand consumer in foreign or inside country.







Tambahan (personal note just for share :))
Perjalanan saya ke Dayan - Raja Ampat bukan untuk liburan semata, melainkan mengikuti ritme kerja dari suami yang memang rutin mengunjungi pulau sebagai situs kerjanya yang di bidang budidaya kerang/siput. Kenapa di Raja Ampat? Karena di lokasi ini plankton sebagai makanan kerang masih terjamin untuk menghidupi kerang. By the way yang dihasilkan oleh kerang ini adalah mutiara, yang siap panennya membutuhkan waktu 2 tahun sekali, belum termasuk waktu untuk mengembangkan kerangnya agar siap berproduksi, surely took a long time!




Proses dan alat-alatnya seperti di dokter gigi ya! Well, proses diatas dinamakan memasukkan sejenis manik-manik kecil ke dalam cangkang untuk diselimuti selama 2 tahun ke depan, dan itulah hasilnya berbentuk mutiara. Tempat pemeliharaannya di dalam laut, dengan tempat yang telah dibuat khusus, gambarnya dibawah ini.


Anyway, daging kerang yang telah dipanen bisa dimakan loh. Direndam kecap Jepang selama sehari, ta daaa, jadilah sashimi scallop! Pake wasabi pun sedap!



tambahan dari suami: 
Mutiara yang dihasilkan sangat bergantung dengan alam. Prosesnya mengandalkan kadar plankton, oksigen dalam air, kadar garam, dan suhu dari air laut itu sendiri. Jika semua itu tidak terjaga, contoh global warming yang menyebabkan kadar garam berkurang karena tingginya volume air, maka dapat membuat hasil dari produk mutiara tidak mumpuni (perfect).

Happy hunting!